Rabu, 19 Mei 2010

KARYA ILMIAH

BUDIDAYA JAMUR

PENDAHULUAN

Pada saat ini tanaman jamur memang sudah bukan asing lagi bagi kita semua. Karena masyarakat sudah mulai mengenal tanaman ini. Dan sudah mulai banyak yang membudidayakan. Selain dapat dikonsumsi, jamur mengandung banyak vitamin yang berguna bagi kesehatan tubuh manusia.

Akhir-akhir ini permintaan akan jamur semakin meningkat seiring dengan terjadinya perubahan pola konsumsi masyarakat yang memerhatikan variasi jenis dan mutu makanan. Terjadinya perubahan pola konsumsi ini masyarakat telah memilih jamur sebagai salah satu pilihannya. Persediaan yang ada saat ini belum mencukupi untuk dikonsumsi masyarakat banyak. Adanya keterbatasan keterampilan dalam membudidayakan jamur dan kurangnya kesadaran masyarakat akan budidaya tanaman ini, juga menjadi salah satu penyebab rendahnya persediaan jamur di pasar. Selain lahan, kwalitas tanah atau cuaca yang menjadi pertimbangan khusus untuk membudidayakan tanaman ini.

Desa Belanga Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli yang merupakan daerah dataran tinggi yang cukup berpotensi untuk dijadikan tempat pembudidayaan jamur. Persyaratan tumbuh yang dikehendaki tanaman jamur yaitu tempat yang memiliki kisaran suhu 10 – 32oC dengan ketinggian tempat antara 500 – 1000 m. Secara alamiah kondisi itu dimiliki oleh Desa Belanga.

Animo masyarakat Belanga untuk bertani sangat tinggi dicerminkan dengan beragamnya komoditas pertanian yang diusahakan, termasuk di sektor peternakan seperti peternakan sapi, babi, dan ayam. Berdasarkan informasi yang diperoleh dilapangan melalui hasil wawancara dengan beberapa masyarakat petani di desa tersebut bahwa mereka berminat untuk mengembangkan budidaya jamur. Beberapa kendala yang mereka hadapi adalah terbatasnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki, serta keterampilan untuk dapat membudidayakan jamur secara benar.

Melihat potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di Desa Belanga yang cukup memadai, maka upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan budidaya jamur (terutama jamur tiram) perlu dilakukan. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan penyuluhan mengenai teknik budidaya jamur tiram serta melakukan demonstrasi pembuatan bibit jamur.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan petani akan teknik budidaya jamur.

Dengan bertambahnya wawasan petani diharapkan terjadinya pemberdayaan petani untuk mengembangkan beberapa komoditas lain. Selain yang telah biasa mereka kembangkan. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan menggunakan teknik-teknik budidaya yang telah digunakan di daerah maupun negara lain agar teknologi tersebut juga dapat secara tidak langsung meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan petani dan masyarakat.

METODE PEMECAHAN MASALAH

Banyak permasalahan yang dihadapi masyarakat dalam pengembangan budidaya jamur ini, maka ada beberapa metode yang diterapkan, antara lain dilaksanakan dengan metode pelatihan terhadap petani dan kelompok tani melalui kegiatan ceramah, diskusi, dan demonstrasi. Selain itu juga melakukan kunjungan lapangan dengan melibatkan beberapa anggota kelompok tani terpilih sebagai bahan pengetahuan dan perbandingan dengan kondisi sebenarnya yang dimiliki di lingkungannya masing-masing. Diupayakan untuk membantu terbentuknya kelompok-kelompok (unit-unit) untuk memudahkan koordinasi kegiatan dan kemudahan memperoleh dukungan pendanaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Belanga Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli ini dilaksanakan dengan menyasar anggota Subak Abian Pujung Sari yang kesehariannya merupakan petani yang bergerak pada bidang hortikultura dan tanaman tahunan lainnya. Mereka juga bergerak dalam bidang peternakan seperti ternak sapi, babi, dan ayam. Para petani telah biasa membudidayakan tanaman kopi, jeruk, dan cabai. Pelatihan ini telah dijelaskan kepada petani bahwa bukan upaya untuk menggantikan kegiatan yang telah diusahakan tetapi lebih pada memberi peluang pada kegiatan lain sebagai suatu usaha diversifikasi komoditas pertanian.

Pada kegiatan ceramah dan diskusi yang secara simultan didukung dengan kegiatan demonstrasi, para petani sangat antusias mengikuti karena para petani menganggap bahwa komoditas ini dianggap baru, walaupun secara tidak langsung mereka juga pernah mendapatkan informasi pembudidayaan jamur ini melalui media massa (seperti televisi). Diskusi dua arah antara penceramah dengan petani sangat membantu transfer pengetahuan karena pengalaman yang mereka miliki dalam bertani dapat dipadukan secara ilmiah oleh penceramah. Hal ini pun dapat membantu meningkatkan minat para petani untuk memperluas cakrawala usaha tani mereka.

Dalam kegiatan pelatihan ini dihibahkan pula sejumlah log bibit jamur kepada anggota subak abian dengan harapan para petani dapat mengamati secara langsung hasil pembudidayaannya. Dalam distribusinya para petani diberikan untuk mengamati secara parsial di rumahnya masing-masing sedangkan dalam jumlah log yang lebih banyak mereka usahakan secara berkelompok.

Dalam perkembangan selanjutnya, dilakukan pula monitoring dan evaluasi terhadap pertumbuhan dan teknik budidaya yang mereka kreasikan sendiri sesuai dengan pelatihan yang telah didapatkan. Pada kegiatan monitoring itu nampak sekali bahwa para petani semakin yakin bahwa mereka mampu membudidayakan jamur. Kendala teknik budidaya jamur hampir tidak ditemukan, kecuali menemukan usaha sederhana untuk menjaga kelembaban media dan ruang penumbuhan.

Kendala lain yang mereka hadapi selama monitoring itu adalah menemukan tempat pemasaran. Atas kegigihan mereka dan didasari atas keyakinan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperolehnya, para petani mencoba menembus pasar restoran yang ada di daerah wisata Penelokan Kintamani. Dalam masa uji pemasaran itu mereka menjajagi sebuah restoran dan diminta untuk memasok 2 kg setiap 3 hari sekali. Penerima pasokan juga memberikan apresiasi terhadap hasil para petani itu dengan nilai beli Rp. 15.000,- per kg.

Sementara kegiatan monitoring berlangsung perwakilan para petani diajak untuk melihat secara langsung ke Balai Benih Induk Hortikultura Dinas Pertanian. Tanaman Pangan Provinsi Bali, Luwus. Mereka yang berkesempatan mengikuti kegiatan tersebut sejumlah 11 orang. Tempat ini dipilih karena selama ini bibit jamur telah diusahakan oleh balai ini untuk memenuhi kebutuhan petani jamur. Kunjungan lapang tersebut bertujuan sebagai bahan pengetahuan dan perbandingan dengan kondisi sebenarnya yang ada di Desa Belanga. Pada kegiatan kunjungan lapang tersebut petani diberikan untuk berdiskusi seluas-luasnya seputar teknik budidaya jamur. Mereka juga diberikan pengetahuan tentang teknik penyiapan bibit sampai bibit tersebut siap untuk ditumbuhkan pada rumah penumbuhan.

Terbentuknya kelompok tani jamur di Desa Belanga telah dapat diwujudkan pula karena mereka sejak awal telah memilikinya. Namun mereka akan mendirikan kelompok yang tidak terpisah dari kelompok tani yang telah ada sebelumnya, hanya sebagai sub-kelompok yang terkonsentrasi pada pembudidayaan dan pemasaran hasil jamur.

Peran pihak pemerintah dan swasta juga diharapkan dapat menyokong percepatan pencapaian upaya ini secara bersama-sama. Peran pemerintah dalam upaya pembinaan terus menerus mengenai teknik budidaya jamur telah dipahami oleh penyuluh pertanian yang ditugaskan (hadir pada saat pelatihan) di desa tersebut dan akan berupaya terus mendorong minat petani yang tinggi tersebut.

Antusiasme petani semakin nampak dengan telah dijajagi kemungkinan untuk menjadi plasma dari inti perusahaan jamur yang telah berkembang dengan baik.

Namun para petani sedang berupaya untuk mencari informasi tentang pola kemitraan yang akan dibina dengan inti tersebut. Sampai saat ini kemungkinan itu akan terus ditindaklanjuti agar cita-cita dan harapan mereka dapat terwujud. Pihak Universitas Udayana dalam hal ini Jurusan Budidaya Pertanian FP Unud pun diharapkan terus memberikan pembinaan agar apa yang menjadi tujuan semula dapat tercapai.

Dalam pelatihan budidaya jamur ini juga disampaikan manfaat dan pentingnya mengkonsumsi jamur dan peluang menjadikan jamur sebagai bahan pangan olahan. Telah pula disampaikan agar pasokan jamur dapat berkelanjutan ada di pasar, sehingga usaha jamur dalam skala yang lebih besar dapat diwujudkan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa pelatihan budidaya jamur tiram di Desa Belanga ini dapat terlaksana dengan baik dengan melihat indikator keberhasilan petani antara lain: petani telah berhasil menumbuhkan bibit jamur sampai panen, telah berhasil menembus pasar, terutama restoran yang ada di sekitar objek wisata Penelokan Kintamani, telah dilakukan kunjungan lapang sebagai perbandingan dengan kondisi nyata yang ada di desanya, telah ada upaya pendekatan kepada pihak pemerintah dan swasta untuk dapat menunjang keberlanjutan kegiatan budidaya jamur ini.

Saran

Pembinaan perlu diupayakan terus menerus berupa monitoring dan evaluasi terhadap budidaya jamur tiram di desa tersebut, terutama terobosan pasar. Perlu diupayakan pembinaan berupa teknik pengolahan jamur untuk menunjang keberhasilan budidaya jamur yang telah dikuasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar